Hai Mbro… Apa kabar?… semoga sehat selalu, tetap semangat dan semakin sukses yachh.
Dasar dibuat tulisan ini untuk menunaikan hukuman… kalah suit sewaktu bertanding, agar happy ending katanya. Ya ! itulah kehidupan, terkadang ada yang mengatakan “hidup ini berbagi manfaat”, ada juga orang berkata “hidup ini pengabdian”, semua itu tidak ada yang salah. Ya gak?…
Judul tulisan ini, khusus membahas Pantun Jenaka dan Eksistensinya. Kita sama-sama simak yachh….
Pengertian
Wikipedia mengatakan :
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti “penuntun”.[1] Pantun memiliki nama lain dalam bahasa-bahasa daerah: dalam bahasa Jawa, pantun dikenal dengan parikan; dalam bahasa Sunda, pantun disebut paparikan; dan dalam bahasa Batak, pantun dikenal dengan sebutan umpasa. Lazimnya, pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), tiap larik terdiri atas 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b[2] ataupun a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tapi sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak memberi nama penggubahnya. Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam atau kehidupan (sering mencirikan budaya agraris masyarakat penggubahnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Manfaat
Pantun merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dan dapat digunakan sebagai sarana untuk menghibur, mendidik, bahkan memberikan teguran kepada orang lain. Pantun sering digunakan dalam berbagai kegiatan, seperti acara adat dan kegiatan lainnya oleh berbagai suku bangsa di Nusantara. Pantun ini berguna sekali untuk memperlancar komunikasi, pemahaman dan mengurangi ketersinggungan antara kedua belah pihak. Pantun sering sekali, bahasa perumpamaan (dikiaskan).
Jenis-jenis Pantun
Pantun itu ada beberapa jenis : pantun adat, pantun agama, pantun budi, pantun jenaka, pantun kepahlawanan, pantun percintaan, pantun peribahasa, pantun perpisahan dan pantun teka-teki. Banyak yach… jenis-jenis pantun ini. Kalo kita bahas satu per satu, bisa-bisa: “ancak panen gak tuntas, alasan tidak Quality Check, daily activity report – not send, beribu banyak alasan jadinya”, …. ha ha ha. Lanjut ya Mbro… fokus membahas Pantun Jenaka. Simak yowhhh !
Pantun Jenaka adalah pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar, terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung. Dengan pantun jenaka, diharapkan suasana akan menjadi semakin riang.
Silahkan dinikmati sambil minum kopi dan di sebelah si doi, contoh-contoh pantun jenaka :
Di mana kuang hendak bertelur
Di atas lata di rongga batu
Di mana tuan hendak tidur
Di atas dada di rongga susu
Duduk manis di bibir pantai
Lihat gadis, aduhai tiada dua
Masa muda kebanyakan santai
Sudah renta sulit tertawa
Beli baju di Semarang
Bayar dulu baru pulang
Sungguh lucu cewek sekarang
Dicium satu minta diulang
Ayam berkokok di waktu senja
Kucing bertanduk menunggu mangsa
Janganlah kamu bermuram saja
Mari menari tarian rumba
Jalan-jalan ke pinggir empang
Ketemu sendok di pinggir empang
Hati siapa tak bimbang
Situ botak minta dikepang
Bunga melati harum baunya
Banyak lebah di pohon kelengkeng
Nenek menangis sambil tertawa
Melihat kakek main kelereng
Burung terbang memakai topi
Terbang keawan seperti mimpi
Tertawa hati karena geli
Melihat kuda asyik bernyanyi
Ada katak di dalam parit
Ada ular di pohon mangga
Kakak berlari terbirit-birit
Dikejar anjing tetangga
Sapi jawa sapi perah
Hujan-hujanan tersambar petir
Kalo Nona senang marah
Lama-lama mirip mak lampir
Burung terbang memakai topi
Terbang ke awan seperti mimpi
Tertawa hati karena geli
Melihat kuda asyik bernyanyi
Kutub utara kutub selatan
Banyak pinguin olahraga senam
Pergi tamasya ke kebun binatang
Untuk melihat buntut kuda dikepang
Naik ke bukit membeli lada
Lada sebiji dibelah tujuh
Apanya sakit berbini janda
Anak tiri boleh disuruh
Seorang anak bernyanyi gembira
Setelah menyanyi ia ceria
Kalau kamu ingin bahagia
Shalatlah sepanjang masa
Terlihat silau keemasan
Ternyata nenek unjuk gigi
Ingin kepantai untuk liburan
Melihat hiu pakai bikini
Paman ke sawah menanam padi
Padi ditanam dimangsa burung
Suara letusan gunung berapi
Terdengar kaget rambutpun kuncung
Lebar sekali daun talas
Untuk menaikkan daun salam
makanya jangan suka malas
sikat gigi pagi dan malam
Ajak pacar pergi ke restoran
Bertemu mantan yang sekarang teman
Hati bingung dan gak karuan
Ternyata mantan minta balikan
Jalan-jalan ke kota Medan
Pulang-pulang bawa bini
Adik kakak merinding penasaran
Menengok kura-kura pakai bikini
Kucing Anggora baru lahir
Tapi sayang dimakan buaya
Ini pantun yang terakhir
Tepuk tangan untuk saya
Seorang anak bernyanyi ria
Sambil bernyanyi menari pula
Siapa yang tidak bakal tertawa
Disangka waras ternyata gila
Eksistensi Pantun Jenaka
Keberadaan atau eksistensi (berasal dari kata bahasa latin existere yang artinya muncul, ada, timbul, memiliki keberadaan aktual).[1] Existere disusun dari ex yang artinya keluar dan sistere yang artinya tampil atau muncul. Terdapat beberapa pengertian tentang keberadaan yang dijelaskan menjadi 4 pengertian. Pertama, keberadaan adalah apa yang ada. Kedua, keberadaan adalah apa yang memiliki aktualitas. Ketiga, keberadaan adalah segala sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu ada. Keempat, keberadaan adalah kesempurnaan.[2] (Wikipedia, 2020).
Bagaimana dengan eksistensi Pantun Jenaka?…
Pantun budaya lama (leluhur) untuk mempemudah komunikasi dulunya. Perkembangan zaman cenderung menjadikan sendi-sendi kehidupan berubah, termasuk kepiawaian dalam mempertahankan eksistensi pantun jenaka ini, idealnya tetap eksis. Namun, nyatanya yang kita lihat saat ini sudah “tergerus”, karena perubahan zaman. Generasi muda, kurang muda “KURANG TERARIK” dalam mempertahankan eksistensi pantun jenaka. Mari, kita sebagai generasi penerus: budaya ketimuran HARUS kita pertahankan, bertatap muka punya manfaat lebih dibandingkan dengan via phone (video call)… (red: teknologi zaman now).
Perlu dilakukan cara berbeda tanpa mengurangi nilai pantun jenaka ini dengan pola atau nuansa yang berbeda. Misal: ada komunitas khusus, ada diskusi khusus, ada website khusus… bla bla bla.
Demikian disampaikan, kembali kosong-kosong yachhh…
Kereeeennn pak..
Membaca pantun ini udah kayak orang gila bisa ketawa sendiri..
😂😂
Tanpa kita sadari memang generasi jaman sekarang sudah banyak lupa tentang pantun, baik tentang tata cara buat pantun, jenis pantun dll.
Ini tidak boleh di lupakan karna pantun adalah seni dari orang jaman dulu yang sepatutnya tetap harus di wariskan sampai ke anak cucu.
Wa ka ka ka…
Mari berbagi pantun jenaka versi kita masing-masing. Semangat !
Siaapp pak..
Saya berbagi pantun juga pak..
wkwkwkwk
Keren… Cari pantun jenaka lagi pak. Share di sini !
Wow keren pak..
Pantunya bisa membuat saya tertawa,tersenyum juga pak..
Saya mau berpantun juga,boleh yach pak..
Boleh dong..
Kabur..kabur..kabur..
Burung irian burung cindrawasih
Cukup sekian dan terima kasih.
Mantap kali bah bah bah……. Ahaaaaydung wkwkw
Izin berbagi pak…..
Ada dun dibawah piring.
Mau ku ambil sudah kering
Eh ada nona rambut keriting
Mau ku goda sudah bunting